Membangun kompetensi skill bidang arsitektur pada mahasiswa arsitektur

Oleh : Agus Zulkarnain Arief & Imam Santoso
Staff pengajar di Jurusan Arsitektur Universitas Merdeka Malang
cakagus@yahoo.com

Imasant_ars@yahoo.com

Metode penyampaian ilmu arsitektur telah berubah dari pemagangan murni menjadi kombinasi antara metode pengajaran dalam ruang kelas dan metode pemagangan. Ini sangat nampak pada kurikulum pendidikan arsitektur yang diselenggarakan di Indonesia pada umumnya. Untuk menciptakan arsitek professional diperlukan persyaratan kompetensi. Dalam pengelolaannya pemberian otoritas sebagai professional diberikan oleh lembaga asosiasi arsitek, akan lebih baik apabila kompetensi serta sertifikat profesi dikelola dan diberikan oleh lembaga yang merupakan gabungan antara Asosiasi arsitek dan asosiasi perguruan tinggi arsitektur, sebagai lembaga yang secara langsung mengelola proses dan menghasilkan sarjana arsitektur.


Metode penyampaian ilmu arsitektur telah berubah dari pemagangan murni menjadi kombinasi antara metode pengajaran dalam ruang kelas dan metode pemagangan. Ini sangat nampak pada kurikulum pendidikan arsitektur yang diselenggarakan di Indonesia pada umumnya. Untuk menciptakan arsitek professional diperlukan persyaratan kompetensi. Dalam pengelolaannya pemberian otoritas sebagai professional diberikan oleh lembaga asosiasi arsitek, akan lebih baik apabila kompetensi serta sertifikat profesi dikelola dan diberikan oleh lembaga yang merupakan gabungan antara Asosiasi arsitek dan asosiasi perguruan tinggi arsitektur, sebagai lembaga yang secara langsung mengelola proses dan menghasilkan sarjana arsitektur.

Arsitek professional dimasa depan harus tanggap terhadap perkembangan teknologi, cara kerja global dan networking serta mampu dengan maksimal memanfaatkan hasil penelitian yang diperoleh dari hasil riset desain yang ada. Studi kasus penambahan kompetensi kewirausahaan dibidang arsitektur yang telah dilakukan pada beberapa mahasiswa sangat diperlukan untuk meningkatkan kemampuan yang telah dimiliki, tentu ini akan memberikan kesiapan pada mahasiswa untuk terjun berwirausaha di bidang arsitektur secara profesional.

Kata kunci : Kurikulum, Profesional, Pemagangan, kewirausahaan.

Sejarah metoda dan sistem pendidikan arsitektur

Meskipun awalnya pendidikan profesi arsitek menggunakan metode ‘pemagangan’, akan tetapi pada perkembangannya kemudian cara penyampaian tersebut dipengaruhi oleh metode pendidikan ‘klasik’, dengan demikian perkembangan selanjutnya pendidikan profesional di bidang arsitektur menggunakan metode kombinasi antara keduanya, ini sangat jelas nampak pada metode penyampaian/ pengajaran ‘teori’ yang disampaikan dalam ruang kelas, sedangkan pengajaran ketrampilan perancangan arsitektur disampaikan dalam studio yang menjadi representatip dari metode ‘pemagangan’. Selain itu metode ‘pemagangan’ pada mahasiswa arsitektur juga terdapat pada PKN (Praktek Kerja Nyata) yang dilakukan di Biro arsitek atau Konsultan.

Sertifikasi, ‘license’ dan kewenangan

Sebutan ‘profesional’ selalu melekat pada arsitek, ini dikarenakan semula arsitek adalah sebuah profesi yang disandang oleh segelintir orang yang bekerja pada pembangunan gedung-gedung megah dimasa lalu. Perkembangan profesi arsitek sampai saat ini tetap sebagaimana sejarah masa lalunya, walaupun telah terjadi beberapa perubahan, tentu saja perubahan tersebut sesuai dengan perkembangan jaman sebagaimana telah terjadi pengurangan dan penambahan pada tanggungjawab profesi ini serta ruang lingkup obyek yang menjadi pekerjaannya.

Munculnya pendidikan formal arsitek adalah awal dari berkembangnya ilmu arsitektur, yang dilanjutkan dengan lulusan pendidikan ini tidak ‘harus’ menggeluti bidang arsitektur namun juga mampu masuk ke bidang lain yang selama ini tidak terlalu nampak kaitannya dengan arsitektur. Dari sinilah muncul pertanyaan siapa arsitek professional dan siapa sarjana arsitektur itu.

Pada masanya profesi arsitek atau dengan berbagai sebutan lain diberikan oleh penguasa (raja)/masyarakatnya pada seseorang, mengingat profesi tersebut sangat penting, dan seseorang yang telah menyandang sebutan itu adalah mereka yang telah teruji kemampuannya, mengingat arsitek adalah profesi yang menempatan seseorang pada strata tertentu dimasyarakatnya serta akan menjadi jaminan bagi seseorang untuk hidup lebih baik. Disini jelas bahwa profesi arsitek akan sangat menjanjikan bagi hidup seseorang dan yang menilai kompetensinya adalah penguasa atau masyarakatnya.

Perkembangan saat ini jauh berbeda, profesi arsitek tidak lagi bisa menjamin seseorang hidup menjadi lebih baik serta ditempatkannya seseorang yang disebut sebagai arsitek professional dalam strata tertentu yang tinggi dimasyarakatnya. Ketiadaan jaminan tersebut menyebabkan profesi ini tidak lagi istimewa, dan pada perkembangannya juga memunculkan sederet masalah seperti: siapa yang berhak memberi sebutan arsitek professional kepada seseorang, mengingat tidak semua lulusan berkeinginan seluruh hidupnya digantungkan pada pekerjaan bidang arsitektur atau berprofesi sebagai arsitek. Apakah cukup diserahkan pada pendidikan formal arsitektur yang menentukan sertifikasi seseorang berhak menjadi arsitek professional atau Sebuah badan akreditasi khusus (mungkin diselenggarakan oleh asosiasi yang ada/ IAI), atau menjadi pekerjaan bersama antara pendidikan tinggi arsitektur (dalam hal ini APTARI) dan asosiasi arsitek (IAI) untuk menentukan seseorang yang layak bekerja sebagai arsitek. Ini mengingat hampir seluruh proses pembentukan seseorang menjadi arsitek (Sarjana arsitektur), semua didapat dari pendidikan formal arsitektur, asosiasi profesi hanya menerima seseorang yang telah dianggap layak menjadi sarjana arsitektur. Lalu apa pekerjaan asosiasi dalam hal ini? asosiasi bisa menjadi nara sumber (khususnya yang terjadi di lapangan) bagi persyaratan yang ditentukan untuk melewati ujian (sertifikasi) menjadi arsitek professional. Atau mungkin juga dengan cara dan metoda lain yang memungkinkan kejelasan dan transparansi penganugerahan sertifikasi profesi arsitek bagi seseorang (sarjana arsitektur).

Kurikulum Pendidikan arsitektur di Indonesia

Pemberlakuan kurikulum berbasis kompetensi telah menegaskan akan pentingnya kompetensi bagi lulusan sarjana S1 untuk jurusan apapun termasuk di dalamnya arsitektur. Dalam disiplin arsitektur kompetensi itu bisa diacu pada beberapa sumber seperti yang dituntut oleh asosiasi profesi (IAI) dengan 13 kompetensinya atau kompetensi dari referensi lain yang relevan dengan tuntutan kompetensi lulusan sarjana arsitektur. Dari waktu studi yang ditentukan bagi sarjana S1 dengan tuntutan kompetensi IAI sebagai misal, akan menjadi jelas bahwa Waktu studi S1 yang ada sangat kurang, dan konsekuensinya tentu ada penambahan waktu studi yang bisa ditempuh di Pendidikan formal atau bisa juga melalui pendidikan profesi yang diselenggarakan diluar pendidikan formal sarjana arsitektur.

Apabila dilihat dari sisi pengembangan ilmu arsitektur, ada dua hal yang selama ini menjadi dasar ilmu arsitektur yakni ilmu ilmu yang berada disekitar desain yang dapat dijelaskan dengan teori (explicit knowledge) dan Desain/ Perancangan Arsitektur yang menjadi ‘back bound’ atau ‘core’. Sejalan dengan perkembangan ilmu arsitektur ‘Desain’ atau Perancangan adalah ilmu yang menjadi modal utama bagi seorang arsitek professional, ilmu ini bisa disebut juga bagian yang sulit dijelaskan (tacit knowledge), selama ini metode penyampaian yang digunakan adalah model ‘pemagangan’ pada arsitek senior, biro konsultan arsitektur, atau dalam bentuk kegiatan studio dan PKN.

Kedua dasar ilmu ini yang memungkinkan memiliki ruang untuk berkembang lebih adalah ilmu ilmu yang bisa dijelaskan dengan teori (explicit knowledge). Ini dapat dengan mudah diketahui dari jumlah penelitian pada studi lanjutan yang banyak dilakukan oleh sarjana arsitektur, sedangkan pada bagian yang tidak mudah dijelaskan dengan teori (tacit knowledge) perkembangannya berkesan lambat atau bahkan mungkin berhenti. Apabila dikaji lebih sesungguhnya kedua dasar dari ilmu arsitektur tersebut semestinya saling mendukung, baik ‘explisit knowledge’ maupun ‘tacit knowledge’-nya. Banyak hasil penelitian yang telah diperoleh dari ilmu ilmu yang bisa dijelaskan dengan teori tersebut, akan tetapi tidak banyak yang dimanfaatkan langsung pada ‘desain’. Ini menggambarkan bahwa masih ada celah yang harus dijembatani antara hasil hasil penelitian yang ada dengan praktek desain yang berlangsung. Sehingga diperoleh perpaduan dua dasar ilmu yang saling mendukung untuk lebih berkembang.

Arsitek professional di masa mendatang

Profesi arsitek dimasa depan akan sangat dipengaruhi oleh perkembangan teknologi serta perubahan cara kerja konvensional yang selama ini dipakai. Perkembangan Teknologi menjadi bagian yang sangat penting bagi arsitek untuk ditanggapi, selain kemudahan kemudahan yang ditawarkan teknologi baru, arsitek akan juga dipengaruhi perubahan cara kerja akibat perkembangan teknologi yang cukup pesat.

Cara kerja global serta networking dengan kelompok kelompok arsitek di Negara lain akan mewarnai cara kerja arsitek dimasa datang, ini akan menuntut kemampuan komunikasi, tidak hanya bahasa namun juga kompetensi lain yang mendukung kerja arsitek saat itu.

Dampak dari perkembangan teknologi sangat terasa saat ini dengan penggunaan alat computer yang menggantikan peralatan konvensional, tidak hanya untuk keperluan menggambar (drawing) akan tetapi juga kebutuhan untuk menganalisa aspek perancangan yang harus dipertimbangkan seperti (analisa lokasi, pencahayaan alami, buatan, temperature/ suhu udara, pergerakan udara / ventilasi, dan aspek lain yang bisa dilakukan dengan simulasi computer). Pengaruh pada fasilitas ruang juga telah terjadi pada kantor biro arsitek, dengan peralatan konvensional dibutuhkan luasan ruang yang besar terutama untuk studio gambar akan tetapi dengan perkembangan teknologi computer tidak lagi diperlukan luasan yang terlalu besar untuk kegiatan menggambar. Kedepan kantor biro arsitek atau konsultan akan menjadi kecil namun aktivitasnya akan terasa lebih cepat, padat, dan effisien.

Pemanfaatan hasil riset yang telah dilakukan untuk keperluan desain atau perancangan juga dituntut agar diperoleh hasil yang optimal dan mudah dipertanggungjawabkan. Celah yang ada antara dunia riset arsitektur dengan praktik profesi akan semakin sempit, Ini akan membawa dampak pada perkembangan ilmu arsitektur dan bangunan menjadi lebih baik serta kegiatan penelitian yang semakin bergairah khususnya bagi lulusan pendidikan tinggi arsitektur.

Studi Kasus : Program pemagangan Mahasiswa Arsitektur

Telah diuji-cobakan program peningkatan kompetensi ketrampilan bidang arsitektur bagi mahasiswa arsitektur di Universitas Merdeka Malang, program ini dibiayai oleh Dana DIPA DP2M Dirjen Dikti 2006. Beberapa mahasiswa arsitektur dipilih dari komunitas mahasiswa arsitektur di Unmer Malang. Mereka diberikan tambahan kompetensi khususnya untuk bekal berwirausaha dibidang arsitektur. Materi yang diberikan diusahakan belum pernah diterima di pendidikan formal arsitekturnya, sehingga mahasiswa merasa mendapatkan materi baru. Metode penyampaian materi banyak dilakukan melalui pemagangan, artinya mahasiswa harus terlibat langsung dalam pekerjaan arsitek yang dilakukan di kantor arsitek. Juga ditambahkan materi lain yang diharapkan dapat menambah kemampuan mahasiswa dibidang lain yang diperlukan dalam praktek profesinya kemudian.


Mengerti bagaimana ber-arsitektur tidak hanya di kuliah, namun melihat secara nyata di lapangan akan membuka cakrawala pengetahuan yang sesungguhnya - red

Nilai tambah yang diperoleh mahasiswa setelah melakukan seluruh program ini antara lain : mereka mendapatkan kemampuan yang lebih dan terasah melalui praktek praktek perencanaan, perancangan, serta manajemen pemasaran, manajemen pengelolaan sumberdaya. Pengalaman yang diperoleh adalah pemahaman lebih terintegrasi dan utuh tentang suatu bentuk wirausaha. Mereka mendapatkan pengetahuan berwirausaha, technical skill (penggabungan berbagai software aplikasi computer yang tidak diperoleh di bangku kuliah, serta pengalaman dalam teamwork). Segala kelebihan yang dilihat oleh mahasiswa (pemagang) menjadi motivasi/ semangat untuk berwirausaha, sementara kekurangan yang dimiliki dapat menjadi celah bagi para mahasiswa (pemagang) dalam menemukan peluang wirausaha yang baru.

Bagi team pelaksana dan Industri (pengusaha mitra) khususnya dimana mahasiswa (pemagang) terlibat dalam kegiatan perusahaan tidak banyak manfaat yang diperoleh, kecuali pengusaha bisa memperluas jaringan untuk mendapatkan sumberdaya trampil terutama mahasiswa yang memiliki kompentensi cukup. Mendekatkan pengusaha mitra pada dunia kampus dan banyak ‘merefresh’ pengetahuan dan keilmuan yang didapat didunia usaha dan akademis yang dibawa mahasiswa dan dosen pelaksana. Sedangkan bagi team pelaksana telah banyak mendapatkan masukan terhadap metode pemagangan yang tepat yang sangat diperlukan dalam pengembangan institusional sistim pendidikan tinggi arsitektur di Indonesia. Kegiatan ini sekaligus sebagai wahana dalam mengevaluasi hasil didik yang telah dilakukan dalam proses pembelajaran.

***

  • Djunaedi, Achmad. 2002 “Disiplin Arsitektur di Abad ke 21 : Kecenderungan Perkembangan dan Tantangan”, Jogjakarta
  • Indrakusuma, Amier Daien. 1993 “ Evaluasi Pendidikan, Penilaian Hasil hasil belajar”, IKIP Malang
  • Santoso, Imam Et al, 2006 “Laporan Program Pengembangan Budaya Kewirausahaan di perguruan Tinggi’, Peningkatan Kompetensi Ketrampilan Bidang Arsitektur bagi Mahasiswa Arsitektur, penelitian didanai Dana DIPA DP2M Dirjen Dikti - LPM Univ Merdeka Malang, Malang.
  • Widodo, Johanes. 2000 “Pendidikan Arsitektur Indonesia Dalam Masa Transisi”. Artikel dalam majalah Sketsa edisi bulan Mei, Bandung



________________________________________________
by Probo Hindarto
© Copyright 2008 astudio Indonesia. All rights reserved.

Membangun kompetensi skill bidang arsitektur pada mahasiswa arsitektur Share on...

0 comments on Membangun kompetensi skill bidang arsitektur pada mahasiswa arsitektur :

Post a Comment and Don't Spam!