Dari Banjarmasin, Kalimantan selatan

24 Nopember 2007

Dadang Mulyadi, seorang arsitek yang memiliki kepedulian pada arsitektur lokal Banjar, meskipun berasal dari Jawa, mengirimkan kepada astudio banyak informasi yang ingin dibagi dengan para pembaca astudio.



Museum Wasaka, Banjarmasin, wujud dari tradisi lokal yang dimonumenkan, guna melestarikan nilai-nilai bagi kelangsungan tradisi. Dalam gambar diatas, terlihat bahwa bangunan ini memiliki akses kepada lalu lintas sungai.

Menurut Seman dan Irhamna [Ref. 1], Arsitektur Banjar, adalah arsitektur tradisional yang memiliki karakter;

  • Berbahan konstruksi kayu, karena di Kalimantan terdapat banyak sekali hutan. Arsitektur tradisional yang berakar dari 'arsitektur kayu' ini berkembang dalam tradisi Banjar karena menggunakan semen tidak dikenal dimasa lalu
  • Merupakan arsitektur rumah panggung, yaitu struktur rumah yang 'ditinggikan', ditopang oleh konstruksi kayu yang kebanyakan adalah kayu ulin (atau kayu besi). Struktur utama adalah kayu yang menopang dari tanah hingga atap, dan ada juga balok-balok penopang yang membantu menguatkan lantai.
  • Memiliki prinsip tampak yang simetris, sama bentuk dan jumlah jendela pada kedua sisinya.
  • Sebagian bangunan memiliki Anjung, yaitu bagian menonjol pada kedua sisi kanan dan kirinya dan letaknya ada di bagian belakang bangunan.
  • Atap yang digunakan adalah atap sirap yang dibuat dari kayu ulin. Atap rumbia dari daun sagu juga dikenal. Konstruksi atapnya berbentuk pelana.
  • Memiliki tangga di bagian depan dan belakang, dengan jumlah anak tangga ganjil; lima, tujuh, atau sembilan
  • Pintu keluar juga hanya didepan dan dibelakang, tidak ada pintu lain karena bentuk rumah yang simetris.

Terdapat banyak sekali jenis-jenis rumah adat Banjar, antara lain tipe Bubungan tinggi, Gajah Baliku, Palimasan, dan sebagainya. Artikel ini memberikan contoh bangunan tertua diatas yaitu Bubungan Tinggi yang merupakan rumah istana sultan Banjar. Beberapa contoh rumah dengan ciri-ciri rumah tradisional yang dapat ditemui;

wpe1.jpg (108836 bytes)
Peta penyebaran sample rumah adat dalam wilayah sample, Sungai Jingah (1). Klik gambar untuk memperbesar

wpe5.jpg (112891 bytes)
Peta penyebaran sample rumah adat dalam wilayah sample, Sungai Jingah (2). Klik gambar untuk memperbesar


Masjid Sultan Suriansyah


Rumah tradisional yang masih memiliki hiasan bermotif khas Banjar


Rumah dengan atap pelana, berkarakter rumah tradisional antara lain ditinggikan (rumah panggung, tampilan simetris, dengan tangga yang langsung menuju pintu utama.

Transformasi

Dalam konteks bangunan-bangunan baru, serapan dan transformasi setelah mengalami pengaruh dari bahan-bahan yang sebelumnya belum ada pada arsitektur tradisional, seperti beton, semen, kaca, dan sebagainya, menghasilkan bentuk-bentuk bangunan yang memiliki perbedaan, meskipun masih memiliki karakter tradisional, seperti dibawah ini;


Rumah yang meninggalkan karakter rumah panggung, namun menyisakan motif desain tradisional. Rumah baru berbahan bata dan semen merubah pula cara membangun yang ada sebelumnya.


Kantor pos, dengan tampilan yang mirip seperti karakter rumah adat yaitu kesan simetris, atap pelana dan gabungan perisai, namun dalam material baru dengan bahan dasar batu; semen, bata, beton. Karakter yang dibawa dari rumah adat berbahan kayu sedikit banyak masih tampak dan memberikan pengaruh pada bangunan ini, meskipun terlihat bahwa banyak hal berubah. Kita dapat melihat 'yang lama' dalam konteks baru.


Meskipun memaksakan diri, karakter tradisional ditampilkan dalam bangunan ini, yang tidak memiliki denah yang cukup sesuai dengan kebiasaan berarsitektur tradisional, denah bundar dari gedung arena olahraga. Terlihat pada gambar diatas, bangunan dengan denah melingkar ini memiliki unsur atap pelana yang hendak ditunjukkan untuk mewakili unsur tradisional, atau secara naluriah sebagai pengaruh dari arsitektur tradisional.


Sebuah bangunan masjid, yaitu Masjid Raya Banjarmasin, adalah contoh bangunan yang tidak lagi memiliki kaitan dengan arsitektur lokal dari sisi desain eksteriornya. Terlihat dalam gambar diatas, bangunan ini memiliki bentuk-bentuk baru yang hanya dapat dicapai melalui bahan bangunan baru, seperti tembok, beton dan baja. Unsur lengkung pada kubah sangat mungkin diadaptasi dari arsitektur dari wilayah Mediterania. Minaret, dapat menjadi salah satu ciri masjid yang sebenarnya juga menjadi ciri gereja. Berikut ini interior masjid tersebut;


Interior masjid yang memiliki unsur ornamentasi khas Banjar yang diadaptasi menjadi ornamentasi elemen baru dalam bangunan; hiasan diatas lampu-lampu masjid.


Motif hiasan yang diadaptasi dari motif tradisional menjadi penghubung antara luar dan dalam, sebagaimana antara masa lalu dan masa kini.

Adanya transformasi menunjukkan kecenderungan bahwa masyarakat berubah seiring waktu, dan arsitektur menjadi pembawa icon perubahan peradaban. Transformasi yang ada menuju masa depan yang belum terdefinisikan dapat membawa arsitektur tradisional semakin hilang ditelan globalisasi, sehingga apa yang tersisa adalah monumen, prasasti yang dibuat untuk mempertahankan nilai-nilai warisan budaya nenek moyang. Dalam peradaban Banjar yang terus berubah, terlihat melalui serial foto ini kondisi transformasi tersebut. Transformasi dalam berbagai aspek dapat dipandang sebagai hal yang positif atau negatif.

***


Urban public space recurement; Penataan Kawasan Produktif PUSAT PERDAGANGAN SENI DAN BUDAYA, Lapangan kamboja Banjarmasin
Oleh Dadang Mulyadi, ST, teks disempurnakan oleh Probo Hindarto

Lapangan Kamboja adalah sebuah area yang kurang terpelihara di Banjarmasin, dimana lahan yang ada tidak digunakan dan dibiarkan dalam kondisi kurang memberikan kontribusi bagi lingkungan sekitarnya. Latar belakang proposal penataan kawasan produktif di lapangan Kamboja antara lain sebagai berikut;

  • Ketiadaan Ruang Terbuka Kota yang berfungsi sebagai tempat rekreasi publik sekaligus mempunyai fungsi yang produktif
  • Lahan yang ada dapat dimanfaatan sebagai ruang terbuka, Lapangan Kamboja dapat menjadi lebih ‘hidup’ dan bernilai guna
  • Kurang tersedianya wadah atau sarana yang representatif di kawasan sekitarnya untuk penyelenggaraan even-even tertentu (seperti; Pasar Wadai Ramadhan, Pameran, Pertunjukan, panggung hiburan, dll)
  • Lapangan Kamboja setelah selesai dibangun dapat menjadi alternatif pusat perdagangan kaki lima di sekitar lingkungan Lapangan Kamboja atau lainnya di dalam Kota Banjarmasin

Kondisi lapangan Kamboja pada waktu proposal dibuat;

Kondisi yang diharapkan

wpeB.jpg (141133 bytes)
Klik gambar untuk memperbesar. Gambar rancangan oleh Dadang Mulyadi

wpeD.jpg (108842 bytes)
Klik gambar untuk memperbesar. Gambar rancangan oleh Dadang Mulyadi


Perspektif mata burung kawasan yang direncanakan. Gambar rancangan oleh Dadang Mulyadi


Perspektif dalam kawasan yang direncanakan. Gambar rancangan oleh Dadang Mulyadi

Konsep dalam pengelolaan kawasan ini meliputi tiga pihak yang berperan, yaitu pihak sponsor, pemerintah dan para pedagang. Sponsor akan memberikan dana untuk membangun kawasan dan sebagai penghargaan atas kontribusinya diberikan kesempatan untuk memasang logo, pamflet, banner, neon box dan sebagainya disekitar bangunan yang dibangunnya dalam jangka waktu tertentu. Para pedagang dapat menyewa kios-kios yang ada. Pemerintah dapat memberikan bantuan berupa hal-hal yang sifatnya operasional seperti kebersihan, perawatan, pengelolaan, dan sebagainya. Dalam hal ini, proyek ini dapat memberikan keuntungan dan keberlanjutan bagi masing-masing pihak yang terlibat. Masyarakat juga diberi kesempatan untuk memiliki ruang terbuka dan area beraktivitas yang cukup kondusif, serta memiliki arti bagi lingkungan sekitarnya agar taraf kehidupan sosial masyarakat dapat terangkat.




________________________________________________
by Probo Hindarto
© Copyright 2008 astudio Indonesia. All rights reserved.

Dari Banjarmasin, Kalimantan selatan Share on...

0 comments on Dari Banjarmasin, Kalimantan selatan :

Post a Comment and Don't Spam!