Candi Sewu dan Bangunan Arsitektur Agama Budha di Jawa Tengah / Sewu Temple and Buddhist buildings in Central Java

astudioarchitect.com Budaya arsitektur Indonesia, yang berakar dari nenek moyang adalah budaya arsitektur yang sangat kaya. Kualitas yang ditunjukkan leluhur kita sangat hebat dan setara dengan peradaban-peradaban besar dunia. Banyak penelitian sudah dilakukan pada arsitektur peninggalan masa lalu seperti candi-candi Jawa. Kali ini saya menemukan sebuah buku di Google Books karangan Jaques Dumarcay yang mengetengahkan penelitian yang dilakukannya pada candi Sewu dan candi-candi lain di Jawa Tengah.

Indonesian architectural culture, which stems from our ancestors is a very rich architectural culture. The quality of our ancestors shown very great and the equivalent of the great civilizations of the world. Many studies have been done on the architectural relics of the past such as the temples of Java. This time I found a book on Google Books Jaques Dumarcay essay describing research done on Sewu temple and other temples in Central Java.




Kutipan: Candi adalah bangunan keagamaan yang didirikan ratusan tahun yang lalu. Maka peminat dan peneliti utamanya terbatas kepada para ahli purbakala dan ahli sejarah. Itu pun kalau ahli purbakala itu mengkhususkan diri dalam bidang arkeologi klasik dan ahli sejarah dalam bidang sejarah kuno Indonesia. Dan kedua bidang ini yang ditekuni adalah terutama sekali rnasalah-masalah yang berkenaan dengan keagamaan, perlambangan seni arca serta seni hias, pertulisan kuno. dan berbagai hal lain dalam kerangka kajian filologi atau sejarah kebudayaan.

Jarang terlintas dalam pikiran bahwa candi adalah pertama-tama hasil ilmu bangunan dan seni bangunan. Didirikannya sebuah candi didahului oleh perencanaan konstruksi dan tata letak yang disertai perhitungan-perhitungan dan juga pengukuran yang amat cermat, baik berdasarkan ilmu maternatika maupun ilmu astronomi. Dibangunnya sebuah candi harus disertai penguasaan teknologi khusus dan keterampilan perundagian yang tidak dapat ditawar-tawar. OIeh karenanva, dalarn meneliti dan mempelajari seluk-beluk sebuah candi tidak dapat diabaikan setiap gejala teknis, betapa kecilnya juga, tiada bedanya bila menghadapi gejala arkeologi ataupun historis.

Excerpt: The temple is a religious building founded hundreds of years ago. It is primarily limited to enthusiasts and researchers to the archaeologist and historian. That is, if the archaeologist specializing in the field of classical archeology and historians of ancient history in Indonesia. And both are engaged in this field is particularly issues pertaining to religious symbolism and art decorative art statues, ancient writings and various other things in framework philological studies or cultural history.

Rarely comes to mind that the temples are the first result of building science and art buildings. Preceded by the establishment of a temple construction planning and layout which accompanied by calculations and also very careful measurements, whether based on mathematical science and astronomy. Construction of a temple should be accompanied by special technology and skill mastery that can not be bargained. Reflected in its cause, conducts research and learn the ins and outs of a temple can not be ignored from any technical symptoms, how small, too, there is no difference when dealing with archaeological or historical phenomenon.




Dalam buku ini penulisnya, Dr. J. Durnarçay, seorang teknikus kawakan yang telah puluhan tahun menggeluti masalah-masalah teknis candi-candi di Asia Tenggara—terutama di Kamboja dan Indonesia—telah berhasil mengungkapkan berbagai hal yang dalam ilmu purbakala dan sejarah selalu merangsang penelitian tetapi belum pernah terselesaikan secara tuntas. Misalnya saja: soal riwayat pembangunan sebuah candi beserta tahapan-tahapannya. Soal kronologi pembangunan candi-candi beserta kaitan budayanya. Soal pemakaian teknik bangunan beserta ukuran-ukuran dasamya, dan banyak lagi soal lainnya yang sifatnya teknis semata-mata.

Meskipun kajian teknis itu tidak selalu sesuai, bahkan ada kalanya bertentangan dengan hasil hasil yang diperoleh dari kajian arkeologi dan histori, tidak dapat dipungkiri bahwa pandangan teknis itu harus diperhitungkan dan disertakan dalam kajian kajian ulang nantinya yang bagaimanapun juga tetap diperlukan mengingat bahwa pengetahuan kita tentang candi masih sangat fragmentaris. Kajian teknis itu paling tidak merupakan tambahan kalau bukan pelengkap dan cara pendekatan yang sarnpai kini kita lakukan.

In of this book the author, Dr. J. Durnarçay, a veteran technologist who has decades of studying technical aspects of temples in Southeast Asia, especially in Cambodia and Indonesia-have succeeded in expressing a variety of things in archeology and history that are always stimulating research, but has never been completely resolved. For instance: about the history of the construction of a temple and its phase-step. About the chronology of development and its relation to temples culture. Problem use of building techniques and measures of its base, and many other questions that are purely technical in nature.

Although the technical study that was not always consistent, even occasionally in conflict with the results obtained from the study of archeology and history, can not be denied that the technical view must be taken into account and included in the review of studies which, however, will still need to be remembered that our knowledge about the temples are still very fragmentary. Technical study that is at least an additional, if not complementary, and the approach we do now.




________________________________________________

by Probo Hindarto

© Copyright 2010 astudio Indonesia. All rights reserved.

Candi Sewu dan Bangunan Arsitektur Agama Budha di Jawa Tengah / Sewu Temple and Buddhist buildings in Central Java Share on...

0 comments on Candi Sewu dan Bangunan Arsitektur Agama Budha di Jawa Tengah / Sewu Temple and Buddhist buildings in Central Java :

Post a Comment and Don't Spam!