Rasuna Epicentrum: How Big Can You Play?

http://bopswave.googlepages.com/englishflag.jpg English Version
written here: 29 Maret 2007

Ditulis oleh: ade yudirianto
Mahasiswa Postgraduate arsitektur ITB
Rasuna Epicentrum, it’s about lifestyle for jakarta 2015…



Ini adalah sasaran utama perjalanan ekskursi ini. Belum banyak yang bisa diulas disini karena Rasuna Epicentrum belum terbangun. Hanya berupa galian pondasi setinggi 8m lebih. Tapi disinilah M. Ridwan Kamil (Emil) banyak bicara mengenai epicentrum itu sendiri.

Usai turun dari bus di depan halaman marketing office kami langsung menuju bangunan marketing office yang didesain futuristik, mirip rancangan stasiun singapura karya Norman Foster. Disinilah ditunjukkan maket kawasan superblok Epicentrum setinggi orang dewasa yang menggambarkan keadaan pasca terbangun. Proyek Rasuna Epicentrum terkesan 'wah' karena slogan berbunyi:

In Bilbao we know Guggenheim Museum.

In tokyo we know Roppongi Hill

In jakarta we know Rasuna Epicentrum.

Rasuna Epicentrum (RE) memang diorientasikan pada kehidupan warga kota yang berbasiskan lifestyle bagi kalangan high class. Seluruh tower yang dibangun mEmiliki nuansa bentuk yang lain dari tower di jakarta kebanyakan. RE tahap ini yang dibangun pertama adalah Bakrie Tower dan kemudian The Grove Apartement/Condominium. Kemudian fasilitas lainnya menyusul sampai akhirnya tahun 2015 semua direncanakan telah rampung. Bakrie tower menjadi icon andalan RE karena bentuknya yang sculptural, model belah ketupat yang ditiap lantainya denah digeser sebesar 1 derajat horisontal sehingga menghasilkan bangunan yang meliuk-liuk. Belum lagi secondary skin (selimut bangunan).

Dari presentasi maket bisa diamati bahwa jarak antar tower dibuat rapat sehingga ruang dibawahnya berkesan sempit. Ini tidak lain adalah cara untuk menghalangi penetrasi sinar matahari sehingga ruang-ruang dibawah tower senantiasa teduh supaya orang dapat beraktifitas tanpa harus takut terpanggang terik matahari. Hal yang menarik adalah RE akan difasilitasi dengan kereta trem di jalan-jalan utama layaknya jaman belanda dahulu kala. “untuk menghidupkan nuansa masa dahulu kala” kata Emil. Ini nampak pada fasad koridor bagian bawah tower yang bernuansakan art deco. Sungai lebar yang berwarna biru pun akan dibuat seperti layaknya di maket. “ada treatment khusus yang akan membuat sungai selalu berwarna biru nantinya” kata Emil. Tak jauh dari RE di depan gerbang depan akan dibangun monorail (kereta api rel tunggal) yang sekarang ini masih tahap tiang pancangnya saja yang telah berdiri.

Setelah mengamati maket kawasan, kami menuju lantai dua tempat mock up (maket skala 1:1) ruang apartemen yang dijadikan contoh hendak dipasarkan pada customer. Disini interior dirancang lengkap dan detil dengan spesifikasi layaknya kondisi terbangun nantinya.

Dari lantai dua kami menuju lantai 3, balkon luas tempat untuk melihat progress pembangunan RE secara utuh. Dari balkon ini bisa terlihat galian pondasi yang berbentuk belah ketupat tempat Bakrie Tower nantinya akan dibangun. Usai puas mengamati dari lantai 3 kami turun untuk beristirahat makan siang di taman rakyat.

“pelajari cara fikir orang ekonomi, bukan untuk menjadi orang ekonom, tapi fahami cara fikir mereka sehingga kita mampu bicara dengan bahasa mereka” inilah rumus Emil dalam proyek-proyek besar.

Bagi anda-anda yang hendak terjun dalam dunia rancang kota/urban design & memilih pada proyek skala besar, pertanyaannya sekarang adalah……How Big can You Play??...

Lesson to know:

Rasuna Epicentrum mencakup berbagai aspek bukan hanya tentang desain melainkan juga analisis pasar kapital dan kalkulasi untung rugi. Dalam dunia properti bisnis, tiap 1m2 bernilai jutaan dan tidak ada yang tidak bernilai uang di proyek RE ini. Oleh karenanya desain pun sangat-sangat sensitif terhadap masalah satu ini. Dunia pasar memang spekulatif dan cenderung tidak punya kepribadian, maka dari itu siapa yang mampu meyakinkan pasar dengan logika berfikir mereka sendiri, maka dialah yang mengambil tempat diantara para spekulan pasar. Disini terlihat kemampuan Emil dalam meyakinkan klien bahwa desain yang bagus juga sekaligus akan menguntungkan. Penjelasan Emil selalu bertolak dari gagasan yang menjual/menguntungkan, tidak dari gagasan arsitektural. Bahasa bisnis adalah modal Emil dalam meyakinkan klien. Arsitektur harus dibahasakan dalam dunia kapital. “pelajari cara berfikir kaum bussinesman lalu bicaralah dengan bahasa mereka, bukan dengan bahasa arsitektur” itulah yang ditanamkan Emil pada 24 peserta ekskursi. Biro Arsitektur yang teknis melulu hanya bicara desain arsitektur pastilah gagal dalam memperoleh proyek semacam ini. Kemampuan berkomunikasi, persuasif dan visi yang tajam jauh kedepan adalah modal Emil. “Big ideas” adalah istilahnya dalam mengartikan project ini.

Off the record
(Ade, this is too good to be wasted - red)
:

Saya jadi teringat akan kuliah S1 tentang SPA dan manajemen konstruksi. Saat kita diajarkan hal-hal yang kuno dan jauh dari realita, melulu teknis, by the book dan design oriented. Di kampus arsitektur, mahasiswa yang mempunyai rancangan baguslah yang menjadi perhatian para dosen sementara aktivis kampus yang pandai bersosialisasi justru dianggap sebagai mahasiswa buangan. Padahal dalam dunia nyata orang-orang yang mempunyai visi jauh ke depan, handal dalam berkomunikasi serta mampu menyakinkan orang lain lah yang mengambil peran dalam dunia rancang bangun di Indonesia. Sementara arsitek justru hanya jadi tukang-tukang gambar di kantor yang tiap hari harus lembur sambil bermimpi kapan punya biro sendiri….


penyelenggara: mahasiswa postgraduate urban design & Arch.Design ITB
Ditulis oleh: ade yudirianto
Guide/mentor: M Ridwan Kamil (PT URBANE INDONESIA)
17 maret 2007. 08.30-17.00 WIB

Info tentang rasuna epicentrum dapat diperoleh pada www.rasunaepicentrum.com



________________________________________________
by Probo Hindarto
© Copyright 2008 astudio Indonesia. All rights reserved.

Rasuna Epicentrum: How Big Can You Play? Share on...

0 comments on Rasuna Epicentrum: How Big Can You Play? :

Post a Comment and Don't Spam!