Menanggapi konsep "Rumah Tempe"

Sebenarnya sudah agak lama saya berencana untuk membuat kategori baru untuk web astudio dalam bahasa Indonesia, yaitu review produk. Isinya tentang berbagai produk dalam negeri Indonesia diulas dalam bahasa Indonesia, selain ada review internasional dalam bahasa Inggris. Tentunya isi review saya tidak jauh dari arsitektur dan rumah tinggal dan dibuat dalam kata-kata review yang tidak formal. Pada kesempatan awal ini saya ingin mereview sebuah produk desain karya Kementrian Desain Republik Indonesia; RUMAH TEMPE.

Coba lihat di http://menteridesainindonesia.blogspot.com/2008/06/rumah-tempe.html. Sebenarnya saya sudah agak-agak curiga dari awalnya bahwa blog KDRI bukanlah blog pemerintah alias blog dari seorang yang iseng peduli terhadap dunia desain di Indonesia dengan mendirikan (secara sah) sebuah parodi Kementrian Desain (mungkin mirip-mirip Republik BBM kali yah :D )

Tapi perhatian saya bukan pada masalah diatas, tapi tentang desain rumah 'tempe' yang dibuat oleh sang penggagas di 'Kementrian' ini. Bentuknya sederhana seperti yang Anda lihat diatas, namun sebenarnya original.

Ya. Saya sangat mendukung adanya rumah "TEMPE" seperti ide pak Menteri tersebut (namanya pak Gembol). Sekaligus sebagai model percontohan rumah dengan konteks yang sangat Indonesia. Saya harus mengakui bahwa itu bisa jadi parodi model 'rumah modern' pabrikasi yang bisa dibawa kemana-mana dengan trailer, bentuknya lucu dan anak-anak suka tinggal didalamnya, tergambar sangat IMUT.



sumber gambar: http://menteridesainindonesia.blogspot.com/2008/06/rumah-tempe.html


Ide yang cukup original, namun bagi saya bila mendesain bangunan ini, maka langkah pertama adalah memindah pintu-pintu dan jendela ke 'moncong' sebelah sana, alias bagian tempe yang memiliki atap di seberang sisi pintu yang sekarang. Karena menurut prinsip arsitektur tropis, bentuk kanopi tempe sebelah yang dipakai pintu di gambar diatas itu bukan model yang bagus untuk arsitektur tropis. Model tempe juga sebenarnya bukan hanya ini saja, tapi sepengetahuan saya, tempe bisa berbentuk kotak yang lumayan presisi (whaduh), bukan jajaran genjang. Bahkan ada pula tempe yang bentuknya bulat panjang. Kalau mau pas ada kesempatan silahkan transfer uang ke saya nanti saya belikan keripik Tempe di Malang, kota kelahiran saya.


Kemudian, proporsi bentukan dan komposisi ruang didalam rumah tempe ini kelihatannya kurang memadai, karena terlalu sempit. Kaca berbentuk pita juga memperbesar efek rumah kaca didalamnya. Menurut saya, konsep 'rumah tempe' yang sangat original ini patut dikembangkan, setidaknya sebelum tempe tidak boleh dibikin bentuk rumah karena sudah dipatenkan bentuknya oleh negara maling lain :D


Bentuk rumah yang dibuat dari bekas box container seperti konsep Lot-Ek sebuah studio arsitektur luar negeri ini cukup menarik sebagai salah satu contoh rumah yang bisa dijadikan prototype untuk rumah tempe. Tapi tentunya kita harus lebih 'tempe' sehingga muncul karakter lokalnya.

Seperti apakah karakter 'tempe' itu? Apakah malas-malasan? Tidak bergairah? mental pembantu? Hoho... kayaknya bukan itu yang kita maksud. Karakter 'tempe' bisa dimunculkan, misalnya dari struktur permukaannya yang lembut dan keras dengan belang-belang. Atau karakter warna, atau karakter lain lagi... hehe. Adakah yang punya konsep lanjutan? Saya harap ada mahasiswa yang mau mengembangkan konsep ini dan sharing disini.

Selamat pak Menteri.
________________________________________________
by Probo Hindarto
© Copyright 2008 astudio Indonesia. All rights reserved.

Menanggapi konsep "Rumah Tempe" Share on...

0 comments on Menanggapi konsep "Rumah Tempe" :

Post a Comment and Don't Spam!