Frateran Bunda Hati Kudus

http://bopswave.googlepages.com/englishflag.jpg English Version
20 Feb 2007

Sebuah sekolah yang dibangun oleh Kolonial Belanda. Bangunan semacam ini merupakan suatu cagar budaya yang hebat, dan sebaiknya dilestarikan agar dapat menjadi penghubung kita dengan masa lalu. Makna budaya yang dikandung bangunan ini merupakan suatu manifestasi dari kesadaran tentang sejarah.



Dalam banyak kasus, kita sering mendapati bangunan-bangunan tua peninggalan Belanda dipugar dengan alasan sudah tidak lagi disenangi pemiliknya. Alasan ini sangat tidak menguntungkan pelestarian bangunan lama, dimana sebenarnya bangunan semacam ini haruslah dipertahankan demi apresiasi terhadap segi historis yang diemban bangunan yang bersangkutan. Karakter bangunannya merupakan suatu bagian dari acuan pengembangan bangunan disekitarnya, agar dapat dikatakan 'menyatu dengan lingkungannya', yaitu karakter bangunan-bangunan yang khas dari bangunan kolonial untuk digunakan dalam proses desain bangunan baru.

Dalam hal ini, disetiap otonomi daerah, diperlukan adanya peraturan khusus yang dapat melindungi bangunan peninggalan kolonial sebagai cagar budaya. Kita sering mendengar berbagai alasan dikemukakan oleh pemilik yang sengaja mengganti bangunan lama yang seharusnya dilestarikan dengan bangunan baru, yang bukanlah merupakan alasan yang dapat diterima dari segi pelestarian bangunan historis. Bahkan, dalam banyak kasus, rumah-rumah bergaya kolonial yang mengemban konteks historis ini diganti dengan bangunan yang sama sekali baru, dengan gaya yang sedang tren, misalnya gaya Mediterania atau gaya minimalis. Mengapa konservasi bangunan kolonial perlu dilakukan? Nilai historis yang dikandungnya tidak dapat digantikan bangunan baru. Kita bisa saja membangun bangunan baru dengan gaya apa saja di lahan lain.

Sudah menjadi bagian dari profesi arsitek untuk turut melestarikan bangunan-bangunan dengan misi pelestarian itu. Dengan segala upaya profesi arsitek diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pelestarian cagar budaya, tidak hanya tergiur oleh besarnya fee saja. Pemerintah daerah haruslah memiliki database lengkap tentang cagar budaya yang harus dilestarikan, menentukan karakter bangunan cagar budaya dari segi arsitektural dan menentukan acuan yang dapat dipakai para perancang ketika merancang bangunan di kawasan yang dilestarikan.

Untungnya, pada bangunan yang saat ini menjadi fokus liputan kali ini, merupakan bangunan yang dipertahankan dengan sangat baik. Berbahan bata ekspos, bangunan sekolah ini tampak kokoh dan berwibawa. Banyak jendela pada facade bangunan ini membuat suatu ritme yang dapat dinikmati, sebagai bagian yang khas dari arsitektur kolonial.


Detail keindahan jendela yang unik. Terlihat unsur arsitektur gereja seperti bentuk jendela, kaca patri (pasti sangat indah didalam), dalam wujud yang tinggi dan berwibawa.


Fasad bangunan dengan deretan jendela, pintu dan bukaan yang menjadi ciri khas arsitektur kolonial untuk bangunan pendidikan.


Salah satu desain jendela dengan jalusi yang dibuka keluar, dan panel kaca yang dibuka kedalam. diatasnya diberi dak beton yang saat ini beberapa telah ditambahkan kawat baja untuk membantu menyanga dak beton tersebut. Diatas dak, terdapat jendela-jendela kecil untuk penerangan alami. Udara didalam ruangan tetap sejuk karena dinding yang sangat tebal, serta penghawaan alami yang baik, dengan jendela untuk dibuka-tutup sesuai kebutuhan.


Patung Sang Juru Selamat, diberi tempat tertinggi dan terhormat pada bangunan ini, seakan menjadi pusat dari seluruh fasade bangunan.


Tampilan ini mengingatkan kita pada tampilan sekolah-sekolah di Eropa, yang memiliki karakter tersendiri. Perhatikan bahwa di jendela lantai dua, terdapat pula jalusi untuk penghawaan pada selasar dibelakang jendela tersebut.


Peninggalan dengan nilai historis ini sedapat mungkin kita jaga dan bantu jaga demi kelestariannya dan apresiasi anak cucu terhadap segi budaya yang dibawanya.



________________________________________________
by Probo Hindarto
© Copyright 2008 astudio Indonesia. All rights reserved.

Frateran Bunda Hati Kudus Share on...

0 comments on Frateran Bunda Hati Kudus :

Post a Comment and Don't Spam!