astudioarchitect.com Banjir, banjir, banjir.... terutama di kota besar seperti Jakarta, banjir selalu mengintai. Kegiatan terganggu, sampah meluap bersama air, penyakit mewabah dan menunjukkan kondisi lingkungan yang tidak sehat. Mungkin sebelum bencana membawa banyak korban jiwa, perhatian pada masalah satu ini kurang diberikan. Luangkan waktu untuk tahu dan berpikir: Apa yang bisa kita lakukan?
Google search: banjir |
Flood, floods, floods .... especially in big cities like Jakarta, flooding is always lurking. Activity is interrupted, trash overflowing with water, disease outbreaks and showed unhealthy environmental conditions. Maybe before the disaster took heavy casualties, attention to this problems this one is less given. Take time to know and think: What can we do?
Permasalahan sampah penyebab banjir.
Banjir merupakan akibat dari tidak seimbangnya pembuangan air sungai ke laut serta berbagai faktor lainnya. Makin hilangnya hutan akibat pembangunan dan peruntukan lahan hijau yang dijual untuk permukiman, mall, dan sebagainya tidak terkendali di negara kita. Air hujan tidak bisa meresap ke tanah karena tidak ada tanah yang bisa meresapkan air, menggerus tanah daratan dan masuk ke sungai, menjadikan pendangkalan sungai. Bila pemerintah daerah terus membiarkan lahan hijau dibeli oleh investor agar dirubah menjadi mall dan perumahan, maka area resapan air makin berkurang. Ini bukan tanpa motif ekonomi karena oknum pemerintah daerah mendapatkan ‘tambahan penghasilan’ atau ‘dana kampanye’ bila meluluskan proyek mall, perumahan atau area komersial diatas lahan hijau. Terlebih karena lahan makin mahal dan lahan hijau serta taman kota adalah satu-satunya lahan kosong yang masih ada di kota.
Sungai yang makin dangkal ditambah dengan banyaknya orang membuang sampah di sungai adalah pemandangan sehari-hari yang memprihatinkan, tapi selalu berulang karena kesadaran agar tidak membuang sampah pada tempatnya juga rendah. Bila sampah menumpuk di aliran sungai bisa menyumbat saluran air yang mengakibatkan banjir. Tidak hanya itu, sistem pengelolaan sampah di negara kita masih carut marut, sehingga sampah tidak dikelola dengan sistem daur ulang yang baik. Padahal daur ulang sampah bisa menghasilkan pendapatan daerah bila dikelola dengan baik. Entrepreneur yang berorientasi modern tidak perlu malu membuat sistem bisnis pengelolaan sampah daur ulang jika itu menghasilkan. Mungkin pemerintah perlu dibantu oleh pengelola sampah swasta.
Bayangkan bila botol bekas misalnya, bisa didaur ulang menjadi bahan gelas yang bisa dibuat produksi benda-benda seperti pajangan, kerajinan, dan sebagainya. Sampah kertas bisa didaur ulang menjadi produk kerajinan yang bisa menghasilkan mata pencaharian baru, dan dijual menghasilkan devisa. Mengelola sampah secara terintegrasi bisa menjadi ‘bisnis’ yang menarik bagi para entrepreneur.
Kesadaran akan mengelola sampah dan limbah adalah kesadaran umum yang perlu ditanamkan sejak masih sekolah, karena itu perlu adanya pendidikan khusus tentang lingkungan dan sampah dalam sistem pendidikan kita, tidak hanya teori, tapi juga praktek bagaimana mengelola sampah dalam skala diri sendiri dan rumah tangga. Kesadaran ini akan dibawa oleh anak sekolah hingga mereka dewasa dan hidup di masyarakat.
Dalam skala rumah tangga, kita perlu memikirkan bagaimana sampah dibuang, bila perlu, kita membantu untuk membuat sistem daur ulang sampah dan limbah yang terintegrasi dalam area rumah.
Banjir merupakan akibat dari tidak seimbangnya pembuangan air sungai ke laut serta berbagai faktor lainnya. Makin hilangnya hutan akibat pembangunan dan peruntukan lahan hijau yang dijual untuk permukiman, mall, dan sebagainya tidak terkendali di negara kita. Air hujan tidak bisa meresap ke tanah karena tidak ada tanah yang bisa meresapkan air, menggerus tanah daratan dan masuk ke sungai, menjadikan pendangkalan sungai. Bila pemerintah daerah terus membiarkan lahan hijau dibeli oleh investor agar dirubah menjadi mall dan perumahan, maka area resapan air makin berkurang. Ini bukan tanpa motif ekonomi karena oknum pemerintah daerah mendapatkan ‘tambahan penghasilan’ atau ‘dana kampanye’ bila meluluskan proyek mall, perumahan atau area komersial diatas lahan hijau. Terlebih karena lahan makin mahal dan lahan hijau serta taman kota adalah satu-satunya lahan kosong yang masih ada di kota.
Sungai yang makin dangkal ditambah dengan banyaknya orang membuang sampah di sungai adalah pemandangan sehari-hari yang memprihatinkan, tapi selalu berulang karena kesadaran agar tidak membuang sampah pada tempatnya juga rendah. Bila sampah menumpuk di aliran sungai bisa menyumbat saluran air yang mengakibatkan banjir. Tidak hanya itu, sistem pengelolaan sampah di negara kita masih carut marut, sehingga sampah tidak dikelola dengan sistem daur ulang yang baik. Padahal daur ulang sampah bisa menghasilkan pendapatan daerah bila dikelola dengan baik. Entrepreneur yang berorientasi modern tidak perlu malu membuat sistem bisnis pengelolaan sampah daur ulang jika itu menghasilkan. Mungkin pemerintah perlu dibantu oleh pengelola sampah swasta.
Pengolahan sampah dengan memisahkan jenis sampah dimulai dari skala rumah tangga |
Bayangkan bila botol bekas misalnya, bisa didaur ulang menjadi bahan gelas yang bisa dibuat produksi benda-benda seperti pajangan, kerajinan, dan sebagainya. Sampah kertas bisa didaur ulang menjadi produk kerajinan yang bisa menghasilkan mata pencaharian baru, dan dijual menghasilkan devisa. Mengelola sampah secara terintegrasi bisa menjadi ‘bisnis’ yang menarik bagi para entrepreneur.
Anak sekolah diajari bagaimana mengolah sampah dalam proses daur ulang kreatif. |
Dalam skala rumah tangga, kita perlu memikirkan bagaimana sampah dibuang, bila perlu, kita membantu untuk membuat sistem daur ulang sampah dan limbah yang terintegrasi dalam area rumah.
Garbage problem cause flooding.
Floods are the result of unbalanced water drainage rivers to the sea as well as various other factors. The more loss of forest due to development on reserved city forest that were sold for housing, malls, and others so out of control in our country. Rainwater can not soak into the ground because there is no land that can absorb water, land and soil eroded into the river, making the river silting. If local governments continue to let city forest land to be purchased by investors in order to be converted into malls and housing, then it will diminish the water catchment area. This is not without economic motive because unscrupulous local governments get 'extra income' or 'campaign fund' when they pass the lisence for mall project, residential or commercial area on green land or city forests. Especially because the more expensive land and city forest and city parks are the only vacant land that is still in town.
Decreasing depth of the river plus the number of people throw garbage in the river is a daily sight of concern, but always repeated because of the awareness in order not to dispose of waste in place is also low. When garbage piled up in the flow of the river can clog waterways that lead to flooding. Not only that, the waste management system in our country is still tangled, so that the waste is not managed with a good recycling system. Though recycling can generate local income if managed properly. Modern-oriented entrepreneur who is not to be ashamed to make the waste management business system if it produces recycled. Maybe the government should be assisted by a private waste management.
Imagine when the used bottles for example, can be recycled into materials that could be made production of glass objects such as ornaments, handicrafts, and so forth. Paper waste can be recycled to produce handicrafts that can generate new livelihoods, and sold to produce income. Integrated waste management can be a 'business' of interest to entrepreneurs.
Awareness of waste management and waste is a perlu umum awareness inculcated since the school was, why it needs khusus education about the environment and waste in our educational system, not just theory, but also practice how to manage waste in the scale of self and household. This awareness will be carried by school children until they are adults and live in the community.
In a household scale, we need to think about how rubbish discarded, if necessary, we help to create a system of waste recycling and integrated waste in the home area.
Bila kita membuang sampah sembarangan, atau tidak berpikir mulai sekarang bagaimana mengelola sampah dari dalam rumah kita, mungkin dampaknya tidak terlalu cepat kita rasakan, tapi kita akan menambah beban kota dengan sampah yang kita hasilkan. Untuk mengelola sampah yang baik dalam rumah adalah sebagai berikut:
1. Kelola sampah plastik, kertas dan rumah tangga
Sebelum membuang sampah dalam kantong-kantong plastik secara tidak jelas, kita bisa membantu dengan memisahkan sampah terlebih dahulu sesuai dengan jenis sampah, apakah sampah plastik, kertas, metal, atau lainnya. Pisahkan dalam kantong plastik yang berbeda, karena tukang sampah Anda akan lebih senang bila Anda memisahkan seperti itu, artinya sampah tidak akan bercampur dengan sisa makanan dan sampah lainnya dan lebih mudah dilempar ke tempat daur ulang. Saya ingatkan, Anda tidak akan mendapatkan keuntungan secara langsung baik secara ekonomis (uang) ataupun apapun, tapi ini membantu memisahkan dalam tahap awal. Ini karena pengelolaan sampah di negeri kita belum mengenal pemisahan sampah sejak dibuang dari rumah tangga.
2. Kelola sampah organik dan sisa makanan.
Sampah organik dan sisa makanan juga bisa diolah menjadi pupuk dan makanan ternak, karena ada kemungkinan dikembangkan pengolahan limbah dan sampah organik untuk menghasilkan bakteri pengurai makanan untuk membantu pencernaan ternak. Limbah organik seperti air bekas cucian piring dan makanan sebaiknya diolah/ ditampung dalam bak penangkap lemak dan memakai sabun ramah lingkungan.
Sampah organik seperti rontokan daun, buah dan bunga bisa digunakan sebagai pupuk kompos dengan cara ditampung dalam takakura atau dimasukkan dalam kotak-kotak agar proses pengkomposan berjalan baik. Pupuk kompos bisa juga menjadi pengganti pupuk kimia dan menjadi alternatif bisnis rumahan yang menjanjikan.
3. Gunakan sampah dan sisa barang yang masih dapat digunakan.
Beberapa jenis barang masih bisa dipakai dan digunakan kembali, seperti benda-benda dibawah ini
- Kertas bekas untuk digunakan sebagai pembungkus atau bahan kerajinan
- Plastik bekas pembungkus untuk digunakan kembali
- Kaleng bekas cat, makanan dan sebagainya bisa digunakan sebagai pengganti pot tanaman.
- Keramik pecah dari bekas bongkaran rumah bisa dimanfaatkan untuk mozaik keramik pecah
- botol dan gelas yang berbentuk bagus tapi sudah retak bisa digunakan untuk wadah alat tulis atau benda lainnya
- kayu bekas bisa dipakai untuk keperluan lain, misalnya membuat kerajinan.
- Ada pula orang-orang kreatif yang membuat tas, aksesoris, pelapis sandal, dan sebagainya dengan bahan plastik pembungkus seperti plastik Rin*o, SoK*in, kotak susu, pembungkus makanan ringan, dan lain-lain.
4. Di setiap rumah, dengan kelengkapan kamar mandi dan kloset, harus dilengkapi dengan septic tank, yaitu tangki penampung limbah cair dari kloset. Limbah ini disebut 'black water' dalam dunia arsitektur dimana harus diolah dahulu agar lebih ramah lingkungan sebelum dialirkan kedalam sumur resapan. Di beberapa kota kebijakan pemerintah daerah tentang peresapan air berbeda, ada yang semua air dari limbah rumah harus masuk ke sumur resapan air, ada pula yang hanya dari septic tank saja. Intinya, limbah cair harus dikelola agar tidak membebani lingkungan, yaitu dengan menyediakan sumur resapan agar air limbah yang sudah diolah atau air hujan bisa diresapkan kembali ke tanah dan tidak masuk ke saluran kota.
Barangkali masih banyak lagi yang bisa kita lakukan dan belum tercantum dalam artikel diatas. Berminat untuk menambahkan?
Managing garbage and household waste
When we dispose of litter, or do not think from now on how to manage waste from inside our house, maybe the impact is not too soon we feel, but we will add to burden the city with the trash we generate. To manage waste in both houses are as follows:
1. Management of plastic waste, paper and household
Before taking out the trash in plastic bags are not clear, we can help by separating the first solid waste in accordance with the type of waste, whether plastic, paper, metal, or other. Separate the plastic bags that are different, because the garbage man you'd be happier if you split up like that, it means garbage will not be mixed with food scraps and other garbage and thrown into a place more easily recycled. Let me remind, you will not directly benefit both economically (money) or anything, but it helps to separate in the early stages. This is because the waste management in our country do not know about the separation of waste from discarded from households.
2. Manage organic waste and food scraps.
People and the antiquity of the village people (even in my mother's house there is still this way) to dig holes around their home areas to dispose of organic waste and food scraps. Garbage is disposed in the hole to land again with soil covering, if thats full. After a while it will decompose organic waste. I remind you again, this certainly was not easy, especially for those who do not like to see or smell of garbage and therefore this is a moral sacrifice, especially if the land your home is not much rest. Place this hole in the corner of your yard.
Organic waste and food scraps can also be processed into fertilizer and animal feed, due to possible development of wastewater treatment and organic waste to produce bacterial decomposition of food to help digestion of cattle. Organic waste such as excess water washing dishes and food should be processed / stored in the fat catcher vessel and environmentally friendly soap.
Rontokan organic waste such as leaves, fruits and flowers can be used as compost in a way is collected in Takakura or put in boxes so that the composting process going well. Compost can also be a substitute for chemical fertilizers and become a promising alternative to home-based business.
3. Use of waste and waste products can still be used.
Some types of goods can still be used and reused, such as the following items
- Waste paper for use as wrapping or craft materials
- Plastic wrappers for reuse
- Paint cans, food and so forth can be used instead of potted plants.
- Ceramics broke away from his former house demolition can be used for mosaic tiles broken
- bottles and well-shaped glass cracked but can be used for stationary containers or other objects
- former wood can be used for other purposes, such as making handicrafts.
- There are also creative people who make handbags, accessories, linings, slippers, etc. with plastic materials such as plastic wrap Rin * o, Sok * ins, milk boxes, snack wrappers, and others.
4. In each house, with complete bathroom and toilet, must be equipped with a septic tank, ie tank liquid waste from the toilet. This waste is called 'black water' in the world of architecture which must first be processed to make it more environmentally friendly before then flowed into the well recharge area. In some cities local government policy regarding water infiltration is different, there is all the water from the municipal waste must be signed in to recharge well water, some are just from septic tanks only. In essence, wastewater must be managed so as not to burden the environment, namely by providing recharge to wells treated waste water or rain water can be absorbed back into the ground and not into the city canal.
Perhaps there are still many more we can do and not listed in the article above. Interested to add?
________________________________________________
written by Probo Hindarto
sumber gambar:
- KSM 3R Belajar Mengelola Sampah, oleh Departemen PU
© Copyright 2010 astudio Indonesia. All rights reserved.
0 comments on Banjir dan sampah. Bagaimana menanganinya? / Flood and garbage waste :
Post a Comment and Don't Spam!